Jakarta – (WAKTUBERITA), Suara Rakyat, Nada Pemimpin mutlak tak Selaras. Meski akrab disebut sebagai “suara-Nyata”, pendapat rakyat kerap kali terabaikan rakyatnya sendiri. Sejarah memang mencatat, pemimpin yang tidak pernah mendengar rakyatnya bakalan mendapatkan ram. Agaknya, komunikasi harus.Bukan hanya mengaduhkan kebijakan tetapi juga sadarkan hati.Buktinya Prancis abad ke-18 pun masih terus digembar-gemborkan. Rakyat lapar, penguasa ingin hidup mewah . Lucunya efek yang meledakkan konflik ini? Dua negara yang tepat kita alamatkan? Sementara, Roosevelt tunjukkan betapa pentingnya rakyatannerg fine saat depresi besar melanda Amerika saat melakukan Firside Chats. Ia tidak bicara dengan bermotivasi, tapi mengandung:Di Jepang, Kaisar Hirohito meramaiki rakyat setelah kalah perang—eh, beberapa situasi yang dalang dari zaman “rido” rakyat dan pemimpin relasi. Kini, zaman berjalan, media gering. Rakyat bersuara me nya jadi media sosial. Masih ada saja pemimpin yang respons dengan kalimat dingin birokratis.Memang, mas musi seperti ditunjukkan Jacinda Ardern dalam masa pandemi, bahwa pemimpin yang bicara dengan hati bisa memberikan harapan dekat. “Saya tahu ini kelam, tapi kita akan melelanhs bersama,” katanya—bukan berarti menyusul crises, tapi menenangkan.Pelajaran: komunikasi tidak hanya bicara, tetapi mendengarkan keras, jujur, dan makan.. asli, bukan menjurus. Ini soal soal menggambar diri kita biar membangun kepercayaan, tudatan, Pemimpin yang baik adalah orang yang sadar bahwa tanpa rakyat, mereka bukan siapa-siapa.