BANDUNG (WAKTUBERITA) – Kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang diumumkan Presiden Donald Trump pada 2 April 2025, memunculkan kekhawatiran baru terhadap stabilitas ekspor Jawa Barat. Plt Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, menyebut Tarif Trump, ancaman baru untuk ekspor Jabar? bukan sekadar wacana, tetapi potensi nyata yang perlu diantisipasi.

Dengan tarif dasar 10% dan tambahan hingga 32% bagi produk Indonesia, termasuk dari Jabar, kebijakan ini dikhawatirkan akan mengganggu industri ekspor andalan seperti rajutan, alas kaki, dan produk karet. “AS adalah mitra dagang utama Jabar. Per Maret 2025 saja, surplus neraca dagang kita ke AS mencapai USD 478,67 juta. Bila bea masuk ini diterapkan penuh, jutaan tenaga kerja bisa terdampak,” kata Darwis.

Ia berharap negosiasi diplomatik yang dirancang Presiden Prabowo Subianto dapat mendorong peninjauan ulang tarif tersebut demi kepentingan bersama. Di sisi lain, Darwis menilai pentingnya diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan terhadap AS.

Negara-negara seperti China dan Taiwan, yang masih mencatat defisit perdagangan dengan Indonesia—masing-masing USD 62,14 juta dan USD 7,01 juta—dinilai sebagai pasar potensial. Begitu pula negara tetangga di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia, yang telah menunjukkan surplus dagang.

“Langkah strategis membuka pasar baru harus segera dijalankan agar industri ekspor Jabar tetap tumbuh di tengah tekanan global,” tegas Darwis.